Sunday, November 2, 2008

Pembesaran Kelenjar Prostat


Pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan gangguan urologik yang perlu mendapat perhatian penting bagi para pria. Umumnya kelainan ini berkembang pada pria yang berumur diatas usia 40 tahun dan umumnya terdapat pada lebih dari 90% pria berusia lebih dari 65 tahun. Tanda-tanda gangguan utama adalah sering kencing dan tiba-tiba tidak tertahankan untuk kencing, sulit mengeluarkan atau menghentikan air seni, aliran air seni yang lemah dan atau aliran yang terputus-putus dan menetes. Sampai 80% penderita mengalami pula gejala-gejala iritasi, misalnya pollakiuria, sering terjadinya keadaan yang mendasak untuk kencing (Jawa: kebelet), sering kencing dimalam hari, perasaan tertekan pada kandung kemih, perasaan pengosongan kandung kemih yang tak sempurna.



Sebab-sebab terjadinya gangguan prostat.

Secara anatomic penyebabnya adalah membesarnya kelenjar prostat, sebagai akibat dari pembesaran kelenjar periuretra (disekitar uretra), yang menyebabkan penyempitan uretra dan menimbulkan kesulitan-kesulitan pengeluaran air seni. Pembesaran kelenjar prostat jinak dianggap merupakan gangguan kelenjar endokrin pada pria yang mengalami penuaan, yang disebabkan karena terjadinya perubahan keseimbangan hormon dalam jaringan prostat sebagai akibat terjadinya proses penuaan. Hipotesis etiologi dan patogenesis BPH (pembesaran kelenjar prostat jinak) yang diterima secara luas didasarkan pada terjadinya peningkatan sintesis dihidrotestosteron dalam prostat yang diikuti dengan peningkatan perbandingan antara estrogen dengan androgen sebagai akibat aktivitas dua enzim dalam jaringan prostat, yaitu 5a reduktase (yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron) dan aromatase (yang mengubah testosteron menjadi 17b-estradiol (estrogen)). Maka pendekatan pengobatan yang dijalankan berdasarkan upaya untuk menghambat aktivitas kedua enzim tersebut. Jika akan menggunakan herbal haruslah yang kandungannya dapat menghambat aktivitas kedua enzim tersebut.



Tumbuhan-tumbuhan yang dapat berperan
Tumbuhan yang dapat berperan dalam pengobatan pembesaran kelenjar prostat jinak antara lain adalah:

1.Buah Saw Palmetto/ Sabal [Serenoa repens (Bartr.) Small.]

Tumbuhan ini berasal dari Amerika Serikat. Digunakan untuk pengobatan pembesaran kelenjar prostat jinak oleh Harnischfeger dan Stolze pada tahun 1989. Buah Saw Palmetto biasanya dikumpulkan dari tumbuhan liar. Sediaan komersial hanya berisi ekstrak lipofil (larut dalam lemak) yang dihasilkan dengan mengekstraksi serbuk buah Saw Palmetto dengan hexane atau carbon dioksida cair. Kandungan pokok ekstrak ini adalah asam lemak bebas.
Pengujian pada hewan coba atau percobaan in vitro dilakukan oleh Hansel dkk, 1994 dan Koch, 1995. uji pada mencit dan tikus menunjukkan bahwa sediaan tersebut memiliki aktivitas antiandrogenik pada bermacam-macam hewan coba. Percobaan in vitro memperkuat kenyataan diatas karena ekstrak buah Saw Palmetto menghambat aktivitas enzim 5a-resuktase, jadi mengurangi terbentuknya senyawa dihidrotestosteron. Hambatan ini disebabkan oleh kandungan asam lemak bebas dalam buah Saw Palmetto. Disamping itu ekstrak buah Saw Palmetto juga menunjukkan aktivitas anti inflamasi dan antioksidan yang merupakan factor penyebab BPH (Koch, 1995).


Hasil uji terapetik pada 490 pasien menggunakan ekstrak buah Saw Palmetto pada dosis 320 mg/hari selama 1-3 bulan dan 2 pengujian sampai selama 6 bulan. Hasilnya menunjukkan respon terapetik dalam hal skor symptom, frekuensi nokturia, volume sisa aiir seni yang ditentukan secara ultrasound dan beberapa pengujian dengan pengukuran aliran air seni.


2.Biji Labu (Cucurbita pepo L)

Biji labu atau Cucurbita pepo telah lama digunakan dalam obat tradisional, terutama di Eropa Selatan sebagai obat untuk iritasi kandung kemih dan pembesaran prostat. Varietas tumbuhan labu yang berkulit biji lunak terutama dianjurkan dan merupakan satu-satunya yang memiliki data-data ilmiah.


Biji labu memiliki rasa manis berminyak, mengandung minyak lemak yang terdiri dari asam-asam lemak, terutama asam linoleat (64%) disamping zat-zat sterol nabati, tokoferol, karotinoid dan mineral. Identitas kandungan yang memiliki khasiat terapetik masih dalam penelitian (Schillcher, 1987, 1992).


Pengunaan Biji labu untuk pembesaran prostat diuji secara eksperimental menunjukkan adanya D-7 sterol dalam biji labu memiliki kemampuan menggantikan dihidrotestosteron dari reseptor androgen pada fibroblast-fibroblast manusia. Dalam uji klinik terbuka pada 9 penderita pembesaran kelenjar prostat jinaak, dimana masing-masing penderita mendapatkan 90 mg campuran sterol yang diisolasi dari biji labu, 3 atau 4 hari sebelum mengalami prostatektomi radikal. Pemeriksaan terhadap potongan jaringan prostat menunjukkan penurunan kadar dihidrotestosteron yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan preparat yang serupa dari kelompok kontrol (Schilcher, 1987)


Kombinasi antara buah Saw Palmetto dan Biji Labu

Ekstrak biji labu yang dikombinasi dengan ekstrak buah Saw Palmetto masing-masing seberat 80 mg dicoba dalam suatu uji klinik acak buta ganda dengan pembanding plasebo pada 53 orang penderita BPH. Secara acak setiap penderita diberikan pengobatan, baik dengan calon obat maupun plasebo menurut daftar kode yang secara sentral dikontrol (Bombardelli, E. Morrazoni, P., 1997). Variabel subyektif adalah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh penderita, baik dengan kekosongan maupun frekuensi kencing selama sehari semalam. Parameter obyektif adalah kecepatan aliran air seni (mL/detik), lama kekosongan kencing (detik), volume sisa air kencing (mL) yagn ditentukan dengan cara kateterisasi atau analisis ultrasonic. Untuk tiap penderita cara yang sama dapat diterapkan, baik sebelum maupun setelah pengobatan.


Hasil pengujian parameter subyektif maupun parameter obyektif menunjukkan bahwa penderita-penderita yang mendapatkan pengobatan dengan calon obat secara statistik mengalami penyembuhan yang bermakna, sedang yang mendapatkan pengobatan dengan plasebo tidak mengalami perubahan apa-apa.


Pustaka
1.Schulz, et.al, Rational Phytotherapy, A Physician’ Guide to Herbal Medicine, Springer, 1996
2.Anonym, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 2, World Health Organization, Geneva, 285-299, 2002
3.bombardelli, E., Morrazeni,P. (1997), Cucurbita pepo L., Fitoterapia LXVIII No.4, 1997, 28 (4):291-302

4.soejoenoes, Ariawan, Prof.Dr., et.al., Panduan Kesehatan Keluarga, Edisi Terbaru, Yayasan Essentia Medica PO BOX 1058, Yogyakarta 55010, PT. Mediprom, Jakarta 12240, 376, 1976

sumber: sidomuncul.com

0 comments:

ClustrMaps

Locations of visitors to this page

Labels

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP